Jumat, 12 Maret 2010

Sayangi Orang Tua Kita

KISAH DI MEJA MAKAN Suatu ketika, ada seorang kakek yang harus tinggal dengan anaknya. Selain itu, tinggal pula menantu, dan anak mereka yang berusia 6 tahun. Tangan orangtua ini begitu rapuh, dan sering bergerak tak menentu. Penglihatannya buram, dan cara berjalannya ...pun ringkih.

Keluarga itu biasa makan bersama di ruang makan. Namun, sang orangtua yang pikun ini sering mengacaukan segalanya. Tangannya yang bergetar dan mata yang rabun, membuatnya susah untuk menyantap makanan. Sendok dan garpu kerap jatuh kebawah. Saat si kakek meraih gelas, segera saja susu itu tumpah membasahi taplak.

Anak dan menantunya pun menjadi gusar. Mereka merasa direpotkan dengan semua ini. "Kita harus lakukan sesuatu," ujar sang suami. "Huh.. aku sudah bosan membereskan semuanya untuk pak tua ini." Lalu, kedua suami-istri ini pun membuatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan.

Di sana, sang kakek akan duduk untuk makan sendirian, disaat semuanya menyantap makanan. Karena sering memecahkan piring, keduanya juga memberikan mangkuk kayu untuk si kakek. Sering saat keluarga itu sibuk dengan makan malam mereka, terdengar isak sedih dari sudut ruangan. Ada air mata yang tampak mengalir dari gurat keriput si kakek. Meski tak ada gugatan apapun darinya. Tiap kali nasi yang dia suap, selalu ditetesi air mata yang jatuh dari sisi pipinya. Namun, kata-kata yang keluar dari suami-istri ini selalu omelan agar ia tak menjatuhkan makanan lagi. Anak mereka yang berusia 6 tahun hanya memandangi semua dalam diam.

Suatu malam, sebelum tidur, sang ayah memperhatikan anaknya yang sedang memainkan mainan kayu. Dengan lembut ditanyalah anak itu. "Kamu sedang membuat apa anakku sayang?". Anaknya pun menjawab, "Aku sedang membuat meja kayu dan mangkok buat ayah dan ibu, untuk makan, saatku besar nanti. Nanti, akan kuletakkan di sudut itu, dekat tempat kakek biasa makan." Anak itu tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya.

Jawaban itu membuat kedua orangtuanya begitu sedih dan terpukul. Mereka tak mampu berkata-kata lagi. Lalu, airmata pun mulai bergulir dari kedua pipi mereka. Walau tak ada kata-kata yang terucap, kedua orangtua ini mengerti, bahwa ada sesuatu yang harus diperbaiki. Mereka makan bersama lagi di meja makan. Tak ada lagi omelan yang keluar saat ada piring yang jatuh, makanan yang tumpah atau taplak yang ternoda.

Kini, mereka bisa makan bersama lagi di meja utama. Dan anak itu, tak lagi meraut untuk membuat meja kayu.


Sahabat, anak-anak adalah persepsi dari kita. Mata mereka akan selalu mengamati, telinga mereka akan selalu menyimak, dan pikiran mereka akan selalu mencerna setiap hal yang kita lakukan. Mereka adalah peniru. Jika mereka melihat kita memperlakukan orang lain dengan sopan, hal itu pula yang akan dilakukan oleh mereka saat dewasa kelak.

Orangtua yang bijak, akan selalu menyadari, setiap "bangunan jiwa" yang disusun, adalah pondasi yang kekal buat masa depan anak-anak. Mari, susunlah bangunan itu dengan bijak. Untuk anak-anak kita, untuk masa depan kita, untuk semuanya. Sebab, untuk merekalah kita akan selalu belajar, bahwa berbuat baik pada orang lain, adalah sama halnya dengan tabungan masa depan.

-Jika anak hidup dalam banyak kritikan, ia akan belajar mengutuk.
-Jika anak hidup dalam kekerasan, ia belajar berkelahi.
-Jika anak hidup dalam pembodohan, ia belajar jadi pemalu.
-Jika anak hidup dalam rasa dipermalukan, ia belajar terus merasa bersalah.
-Jika anak hidup dalam toleransi, ia belajar menjadi sabar.
-Jika anak hidup dalam dorongan, ia belajar menjadi percaya diri.
-Jika anak hidup dalam penghargaan, ia belajar mengapresiasi.
-Jika anak hidup dalam rasa adil, ia belajar keadilan.
-Jika anak hidup dalam rasa aman, ia belajar yakin.
-Jika anak hidup dalam persetujuan, ia belajar menghargai diri sendiri.
-Jika anak hidup dalam rasa diterima dan persahabatan, ia belajar mencari cinta di seluruh dunia.

Betapa terlihat di sini peran orang tua sangat penting karena mereka diistilahkan oleh Khalil Gibran sebagai busur kokoh yang dapat melesatkan anak-anak dalam menapaki jalan masa depannya. Tentu hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan esok harus lebih baik dari hari ini dan tentu kita selalu berharap generasi yang akan datang harus lebih baik dari kita.... Link download video ini:

Pemberian Paling Istimewa

(dari Catatan Sakti Wibowo, 9 maret 2.29 am)
"Sebuah PEMBERIAN terasa mewah saat dilakukan sebelum DIMINTA."

Seorang suami menunggu bertahun-tahun... untuk tangannya dicium sang istri saat dirinya pulang kerja. "Rasanya seperti prajurit pulang perang membawa kemenangan," katanya.

Untuk hal sesederhana itu...?

"Itu bukan hal sederhana, melainkan sesuatu yang sangat istimewa," jawabnya, bangga.
Oh, maksud saya, bukan 'mencium tangan'-nya yang sederhana. Jika saja komunikasi berjalan dengan baik, dia tidak perlu menunggu bertahun-tahun untuk mendapatkan perlakuan semacam itu. Yang perlu dia lakukan hanya sederhana saja, 'menyampaikan' keinginannya kepada sang istri [dan itu tidak memakan waktu lebih dari lima menit], maka terhindarlah dia dari siksaan menunggu bertahun-tahun.

Benarkah demikian?

Kawan, komunikasi adalah hal yang sangat penting dalam membangun hubungan. Entah itu dalam konteks pasangan, hubungan orang tua-anak, relasi kerja, pertemanan... dan sebagainya. Namun, jika komunikasi diterjemahkan semata-mata pada aspek verbal, tentulah tidak demikian realitanya. Faktanya, persentase bahasa nonverbal jauh lebih besar dibanding verbal.

Mau tahu buktinya?

Seorang istri mengeluh karena suaminya tidak pernah mengucapkan "i love you" sepanjang 3 tahun pernikahannya. Lalu dia mendatangi pakar komunikasi.

"Sederhana saja, ungkapkan apa yang Anda inginkan itu agar suami Anda mengerti! Suami Anda tidak mengucapkan 'cinta' barangkali karena dia tidak mengetahui betapa pentingnya hal itu bagi Anda. Kalau Anda sampaikan, saya yakin suami Anda tidak akan keberatan melakukannya."

Dan, benar! Sejak si istri menyampaikan hal itu kepada suaminya, sejak saat itulah sang suami rajin mengucap 'i love you', 'i miss you,' dan segala macam kalimat cinta dengan sejuta bahasa.

Apakah dia menikmatinya? Ternyata tidak! Dia merasakan kalimat itu hambar.

"Saya ingin dia mengucapkan itu sebelum saya minta," katanya!

Ya... terkadang, kita merasakan suatu kata yang natural itu lebih mewah daripada kata yang sama yang diucapkan berulang-ulang setelah diminta. Sebab, saat sesuatu baru dilakukan setelah didahului dengan permintaan, ada semacam aura keterpaksaan, tidak natural, tidak alamiah, rekayasa, dan membuat sesuatu termanipulasi.

Adalah PENTING untuk mengerti sebelum diberitahu. Sebab, bisa jadi seseorang menahan diri untuk 'memberitahu' karena mengharapkan sesuatu berjalan natural tanpa manipulasi. Artinya, jika orang tersebut pada akhirnya 'mengatakan' apa yang dia inginkan, dia telah memutuskan untuk tidak mengharapkan lagi sesuatu yang natural. Anda telah kehilangan kesempatan memberikan yang termewah untuk orang yang Anda sayangi!

Adalah PENTING untuk memahami bahwa 'komunikasi' tidak sebatas pada kata-kata verbal. Jadi, memahami orang lain bukan sekadar mengerti apa yang dia ucapkan. Jika mata adalah jendela hati, maka kita bisa menyelami keinginan itu dari sana. Selamilah matanya, dan temukan keinginan-keinginan tersembunyi yang tidak dia katakan! Sebab, di sanalah dia berharap Anda memberikan sesuatu yang paling istimewa, walaupun itu sederhana!

Sebuah catatan kecil, sepulang dari Ciangsana.

Kamis, 11 Maret 2010

Sejam Bersama Para Lelaki

Semalam setelah pulang dari acara ulang tahun Sepupuku, Aku belum langsung pulang kerumah. Jalan jalan dimotor bersama temanku menghirup udara malam yang dingin. Sebenarnya sudah pengen pulang rumah tapi berhubung aku sedang kenyang dan setelah ku fikir dengan keadaan seperti itu aku Tak bisa tidur maka kuputuskan saja untuk ikut dengannya.

Jalan yang kami tempuh melewati rumah rekan kerjanya, saat itu ada sekitar 3 orang yang duduk diteras,  temanku langsung singgah untuk menyapa mereka dan ternyata mereka bertiga adalah rekan sekantor. Selang berapa menit kami duduk ada lagi seorang rekan kerjanya yang datang.

Mereka membicarakan masalah yang terjadi dikantornya. Ada sedikit masalah diantara mereka, aku tahu masalahnya karena temanku pernah cerita. tapi aku berusaha untuk tidak ikut campur karena  yang mereka bahas adalah interennya mereka dan mungkin akan lebih bebas lagi mereka bicara kalau seorang wanita tidak ikut campur... secara hanya Aku seorang yang duduk diantara 5 orang pria. Ahirnya dengan gaya cuek sambil main game di Hpku Aku duduk diantara mereka. Konsen dengan game yang kumainkan tetapi sesekali menyimak mereka bicara.

Ini kali pertama Aku duduk diantara laki laki ketika mereka membicarakan masalah pekerjaan dan keluarga. dari hasil analisa yang belum tentu akurat aku membuat kesimpulan sendiri tetang 5 orang pria ini.

Pria Pertama: Adalah seorang dengan tipe pemimpin.  Ini dilihat dari cara dia bicara, mengarahkan teman temannya. agak keras dan sedikit menekan

Pria Kedua: Punya rasa sosial tinggi, care terhadap teman, tapi ketika dia punya ide dia terlalu takut untuk mengungkapkannya sehingga dia bisa berubah sesuai dengan situasi yang dominan

Pria Ketiga: Walupun sebenarnya malam itu dia banyak bicara tapi menurutku dia adalah tipe pendiam dan pemikir. Banyak idenya tapi terbiasa untuk didiamkan. tingkat kepeduliannya tinggi terhadap teman karena perasaanya peka.

Pria Keempat: Malam itu dia tidak banyak bicara tapi aku yakin kalau dia orang yang banyak omong. Sedikit sombong atau Baraba..hahahah... Keras kepala dan tidak punya pendirian, Ketika dia melihat orang yang dengan posisi kuat dialah orang pertama yang akan ada disamping orang itu. Jadi akan gampang orang lain mengendalikan dia

Pria Kelima: adalah pria yang menurutku unik. Unik karena baru kali ini aku ketemu dengan sifat seorang pria yang begitu lemah. Dan maaf.... malam itu aku mengatai dia BODOH... Bodoh karena terlahir sebagai pria yang dimata wanita seharusnya dia kuat tapi kenyataanya dia lemah. Lemah karena tak dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. meminta orang lain untuk turut memikirkan masalah keuangannya yang seharusnya dia sebagai kepala keluarga tahu akan hal itu. Hidup dibawah bayang bayang orang tua dan keluarganya, tidak dapat melepaskan keluarga untuk ikut campur dalam kehidupannya. Mungkin karena dia anak satu satunya, begitu dimanja sehingga menjadikan dia lemah dan dikendalikan oleh keadaan. Umur boleh mendekati 30 tahun akan tetapi pemikiran layaknya anak SMA.

Entah mengapa Aku begitu tertarik dengan kejadian Semalan dan pria Kelima ini??? mungkin baru kali ini aku ikut bergabung dengan pembicaraan para Pria dengan berbagai masalah yang mereka hadapi. Dan untuk Pria Kelima saat itu aku menyesal mengatakan dia Bodoh karena dari segi pemahamanku sebagai wanita masalahnya tidak pantas untuk dikatakan di depan teman temannya. dan juga pemahamanku yang sudah menjadi standar dalam fikiranku bahwa laki laki itu harus kuat.. dan harus tetap kuat apapun dan dimanapun dia. dan ketika aku bertemu dengan orang seperti dia rasa heran sekaligus takjubku muncul.

Ternyata Laki Laki bisa menjadi lemah disebabkan begitu banyak tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Tanggung jawab sebagai seorang pemimpin, pencari nafkah, dan berbagai kewajiban lainnya dan wanita tidak pernah tahu betapa kuatnya mereka berusaha untuk bisa memenuhinya agar dia dan harga dirinya tetap tinggi didepan orang orang yang dilindunginya

Untuk Lelakiku : Terima Kasih telah memberiku kesempatan memahami Duniamu