Senin, 24 Agustus 2009

Bismillah...
Ada sebuah kisah tentang totalitas cinta yang dicontohkan Allah lewat kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, meski langit telah mulai menguning,burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan duahal pada kalian,sunnah dan Al Qur'an. Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku.

"Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," desah hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia.

Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar. Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detikberlalu, kalau bisa. Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam."Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekaliini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olahbahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.

Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllahdengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu.

Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkanRasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan."Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. "Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.

Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku - peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu." Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku"

Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.NB:Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesadaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan Rasulnya mencintai kita.

Karena sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka. Amin... Usah gelisah apabila dibenci manusia karena masih banyak yang menyayangi mu di dunia tapi gelisahlah apabila dibenci Allah karenatiada lagi yang mengasihmu diakhirat.Sumber : Syiar Islam, Semoga bermanfaat.-RS_

Jumat, 14 Agustus 2009

Hebatnya Cinta

Pernahkah kamu merasakan,bahwa kamu mencintai seseorang,
meski kamu tahu ia tak sendiri lagi,
dan meski kamu tahu cintamu mungkin tak berbalas,
tapi kamu tetap mencintainya,

Pernahkah kamu merasakan,
bahwa kamu sanggup melakukan apa saja demi
seseorang yang kamu cintai, meski kamu tahu ia takkan pernah peduli.
ataupun ia peduli dan mengerti, tapi ia tetap pergi.

Pernahkah kamu merasakan hebatnya cinta,
tersenyum kala terluka, menangiskala bahagia,
bersedih kala bersama,
tertawa kala berpisah,

Aku pernah, aku pernah tersenyum meski kuterluka
karena kuyakin Tuhan takmenjadikannya untukku,
Aku pernah menangis kala bahagia,
karena kutakut kebahagiaan cinta ini akan sirna begitu saja,

Aku pernah bersedih kala bersamanya,
karena kutakut aku kan kehilangan dia suatu saat nanti,
danAku juga pernah tertawa saat berpisah dengannya,
karena sekali lagi,cinta tak harus memiliki,
dan Tuhan pasti telah menyiapkan cinta yang lain untukku.

Aku tetap bisa mencintanya,
meski ia tak dapat kurengkuh dalam pelukanku,
karena memang cinta ada dalam jiwa, dan bukan ada dalam raga

Selasa, 04 Agustus 2009

Agustus...
tak terasa skarang bulan agustus.. waktu begitu cepat berlalu. 1 bulan sudah aku berpisah darinya. Rasanya seperti berpisah, tapi dia tetap ada dalam ingatanku. Setiap detil hal hal yang pernah kulewati bersamanya terekam jelas dalam sebuah memori indah. Terkadang saat aku melakukan suatu aktifitas tiba tiba aku tertegun. mencoba untuk mengenang kembali kejadian sebelummya karena aku merasa pernah melakukan hal ini bersamanya. aku ingat akan setiap nasehatnya untuk tidak melakukan sesuatu yang menurutnya buruk buatku. saat itu aku hanya akan menjawabnya dengan 'IYO'. satu kata pamungkas untuk membuat dia berhenti menceramahiku. tapi itu manjur juga lho... dia akan tersenyum sambil mengatakan."hmmm...keras kepala".

Dia hanya akan diam ketika aku marah marah. entah itu karena masalah kantor, karena aku cemburu, ataukah karena aku yang kurang sabar. tapi dengan kediamannya aku merasa kalau dia kurang peduli padaku. Saat aku menyentil tentang ketidakpeduliannya dia hanya akan bilang "Diam Salah, Berantem juga Salah, semuanya Salah..iya Salahku Semuanya" mendengar itu aku yang akan diam. Diam karena ternyata dia memikirkanku, diam karena dia mengaku bersalah atas kesalahan yang mungkin bukan dia yang berbuat. hmmmm.. wanita ohhh wanita memang banyak maunya.

Akan tetapi aku tak bisa terus berada dalam lingkaran memori indahku. Memori ini akan ku simpan dan ku jaga dengan sebaik baiknya. Yang bisa diputar kembali ketika aku ingin mengingatnya. Tak akan kubiarkan satu hal pun yang dapat menodainya, kan kujadikan dia sebagai pelajaran serta semangat untuk membangun masa depanku.